Skip to main content

Hari Ayah

Petang kemarin (12 November) putri bungsu kami memeluk saya dengan mengucapkan "Selamat Hari Ayah". Kami tergagap dan tak mengerti. Pada laman resmi, kemendikbud.go.id, tentang _Hari Ayah Nasional_ berawal dari prakarsa Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Meski tak sepopuler Hari Ibu, peringatan Hari Ayah itu sudah dimulai sejak abad ke-12 di 75 negara.

Apakah anda seorang ayah seperti saya? Kita perlu membaca sejarah yang telah mencatatkan kontribusi ayah-ayah yang berhasil baik dan dihormati atas perannya.

Pertama ayah Ibrahim AS. Nabi Ibrahim adalah sosok ayah keren disebabkan keberhasilan beliau membina keluarga. Menjadikan Sarah, istri pertama yang sholehah, Hajar istri kedua yang setia dan tegar, serta Ismail AS dan Ishaq AS, dua putra yang menguatkan dan mengokohkan keimanan ayahnya. Beliau sekeluarga telah mampu melampaui ujian yang super berat dan bisa meyakinkan seluruh keluarganya arti ketaatan atas aturan-aturan-NYA.

Ayah kedua adalah Nabi Ya’qub AS. Beliau menjadi ayah terbaik karena sifat kesabaran dlm mendidik, mengajar dan mengenalkan mana yang baik dan buruk kepada putranya, Nabi Yusuf AS. Beliau jg senantiasa menasehati anak-anaknya agar bisa berubah menjadi lebih baik dan mendoakan mereka agar mendapat ampunanNYA.

Nabi Ya'qub AS sebagai ayah bisa bersikap tegas, namun tidak ingin menghakimi bahkan melebelkan negatif atas anak-anaknya. Beliau terus meluruskan, membimbing dan mengarahkan langkah anak-anaknya agar bisa kembali ke jalan yang benar.

Ketiga adalah ayah Muhammad SAW. Tauladan ayah utama bagi kita. Beliau dinobatkan tokoh paling berpangaruh di dunia versi buku “The 100”. Nabi SAW memiliki empat putra, empat putri. Beliau sangat menyayangi dan menghargai semua anak kecil, walaupun tak memiliki hubungan darah. Bersama anak-anak kecil, beliau ajak bercanda, berbalap lari, serta membuat lelucon jenaka sehingga anak-anak kecil dan cucu-cucunya senang dan gembira.

Nabi SAW juga penyabar dan tak suka marah pada anak kecil tapi tak berarti menghilangkan sifat tegas dan objektivitasnya atas kebenaran dlm pendidikan anak.

_Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNYA (Allah SWT), seandainya Fatimah binti Muhammad SAW (putri Rasulullah Nabi Muhammad SAW sendiri) mencuri, tentu Muhammad SAW akan memotong tangannya_ (terj. HR Bukhari).

Kita para orang tua harus arif memilah-milah antara ketidakpatuhan dengan keinginan anak menemukan sesuatu yang baru. _Didiklah anakmu, karena mereka akan hidup pada zamannya_

Munculkan sikap menghargai, bahwa tindakan anak yang berbeda dengan kita atas hal-hal yang positif bukan semuanya dilarang, namun berikan kelonggaran yang diiringi pemantauan. Saat ayah Lukmanul Hakim memberi nasihat kepada anaknya, ia berbicara dengan anaknya. Ini terlihat pada kalimat _li ibnihi_ (utk anaknya), bukan _ilaa ibhini_ (dibebankan kepada anaknya). Setelah ia merasa menyatunya dua ego, baru ia tuturkan nasihat2 utk anak-anaknya (lihat QS Lukman: 13-19)._Allahu a'lamu bishowab._

Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)

" Servant of Allah "
Agar mudah mengakses pptqinsanqurani.com di smartphone, klik ikon 3 titikdi browser Chrome kemudian pilih "Tambahkan ke layar utama".
Buka Komentar