Kebodohan
19.11.21
Terkadang kita merasa sudah berada di pihak yang benar, hingga tak mau lagi menerima dan mendengarkan 'nasehat' atau perkataan pihak lain. "Saya sudah benar, sudah mengerti, tak perlu dinasehati dan tak usah ikut campur urusan-urusan saya".
Seratus persen sudah yakinkah kebenaran yang kita percayai? Orang-orang berakal akan merasa lapang atas nasehat orang lain. Bisa jadi kita belum mampu melihat kesalahan dan kekurangan pribadi ini. Nasehat, kritik dan saran adlh wujud sayang dan perhatian orang lain terhadap kita, ingin diri kita lebih baik. Tak mudah menasehati orang lain, berprasangkalah yang baik bhw pemberi nasehat itu peduli dan cinta kepada kita, menginginkan kita lebih sempurna.
_Jangan menasehati orang bodoh (Jahil) karena ia akan membencimu, nasehatilah orang yang berakal karena ia akan mencintaimu_ (Sahabat Ali bin Abu Tholib)
Jahil atau bodoh itu lebih mengacu pada orang yang selalu merasa benar sendiri dan tidak menerima kebenaran. Bila menasehati orang yang jahil, kita tak akan menerima simpati, namun seringkali menimbulkan ketersinggungan dan bahkan mereka akan menyerang kita.
Orang-orang jahil atau bodohlah saat ini yang menyebabkan pertikaian diantara umat manusia. Kebodohan lebih condong kepada hawa nafsu yang menyesatkan. Orang-orang jahil itu tak mampu membedakan mana teman dan mana musuh.
Tanda kedalaman ilmu yang dimiliki bisa membimbing kita menyadari kelemahan, ketidaktahuan diri sendiri, dan kebesaran serta kuasa Allah Ta'ala. Tak ada ruang takabur, merasa paling hebat dan pandai, karena ilmu yang ada hanya setetes dari luasnya lautan pengetahuan Allah Yang Maha Mengetahui. _Sudah mencukupi jika rasa takut kepada Allah dikatakan sebagai ilmu dan sudah mencukupi jika kesombongan itu dikatakan sebagai kebodohan_ (Abdullah ibnu Mas'ud)._Allahu a'lamu bishowab._
Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)
