Skip to main content

Rezeki Halal

“Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dgn hadiahmu, "Jawaban elegan Nabi Sulaiman ini mengajarkan kita atas prinsip-prinsip rezeki "halal", menjaga kesucian diri, terlepas kita kaya atau miskin (lihat QS anNaml: 36).

Syekh Sya'rawi alMutawwalli dalam kitab _Tilka Hiya al-Arzaq_ berpendapat bahwa rezeki itu tak selalu identik dgn harta kekayaan. Prinsip ini kerap luput dari pemahaman umat. Kita mengira Allah hanya memberikan rezeki berupa uang, emas, perak, ataupun jenis kekayaan lainnya. Hakikat rezeki itu adlh segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia seperti Ilmu, akhlak, rupa yang cantik dan tampan, atau pangkat.

Rezeki terbagi ke dalam dua kutub besar: rezeki halal dan haram, sangat jelas perbedaan keduanya. Rezeki haram tak bertahan lama manfaatnya, habis dalam sekejap. Adapun rezeki halal, sekalipun manfaatnya sedikit di mata sebagian orang, tapi sejatinya keberkahan rezeki itu terus bertambah.

Pada hitungan matematis besaran output akan ditentukan oleh besaran input. Tetapi, tidak dalam konteks rezeki yang Allah berikan, Allah tidak memberikan batas. Bahkan, tak jarang Allah memberikan rezeki di luar batas usaha yang telah ditempuh oleh seorang hamba, apa yang diperoleh bisa lebih banyak dari yang dikira dan telah diusahakan. Tak boleh kita bersikap sinis atau iri atas rezeki lebih yang diterima oleh orang lain (lihat QS anNisa': 32)

Rezeki itu ujian. Hendaknya kita menjaga etika bila melihat orang lain yang diberikan rezeki lebih. Tak ada yang tahu apa hikmah di balik pemberian yang berlimpah itu. Tak boleh menggunakan anugerah rezeki sebagai sarana utk saling menyanjung atau menghina satu sama lain. Cobalah utk berhitung betapa besar nilai kebajikan yang Allah telah berikan kpd kita. Rezeki berupa rasa nyaman yang dirasakan oleh hati. Bentuk rezeki yang diberikan Allah itu tak terbatas. _DIA memberi rezeki kpd orang-orang yang dikehendaki-NYA tanpa batas_ (terj QS al-Baqarah: 212).

Kemuliaan kita bukan pada bertambahnya rezeki tetapi terletak pada sejauh manakah kita mampu memanfaatkan sebaik-baiknya pendayagunaan rezeki itu. Yakinilah Allah akan memberikan balasan sesuai dgn keyakinan dan amal yang telah diperbuat selama di dunia (lihat QS an-Nahl: 96-97).

Janganlah pernah risau akan kuantitas rezeki yang bisa kita terima. Namun risaulah terkait kehalalan rezeki yang kita cari. Kita semua tahu bahwa rezeki harus dijemput dgn ikhtiar dan kerja keras. Hidup akan tambah bermakna dgn sikap _qanaah_ atas rezeki yang halal. Jadikanlah rezeki kita berujung berkah dan berbuah jannah, surga._Allahu a'lamu bishowab._

Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)

" Servant of Allah "
Agar mudah mengakses pptqinsanqurani.com di smartphone, klik ikon 3 titikdi browser Chrome kemudian pilih "Tambahkan ke layar utama".
Buka Komentar