Skip to main content

Nikmat Lahir Batin

Tragedi terbesar hidup ini adalah mempercayai bahwa segala sesuatu dalam genggaman kita adalah hak kita. Itulah penyebab utama kita merasa faqir atas nikmat Tuhan. Kita seringkali tenggelam dalam nikmat Allah dari arah yang tak kita pahami. Kita tak paham itu nikmat sebelum nikmat itu 'menghilang'.

Ujian sakit itu bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan tanpa terduga kehadirannya. Ada yang terkena penyakit kanker, bertahun-tahun berjuang melawan penyakitnya, beberapa kali operasi, menghabiskan biaya banyak. Sembuh dari kankernya, namun beberapa pekan beliau wafat karena _diare_ akut.

Nikmat sehat ibarat mahkota yang bertengger di atas kepala orang sehat, dan hanya bisa dilihat mereka yang sakit. Kesehatan diibaratkan mahkota karena ia kekayaan yang amat berharga. Hanya karena letaknya di atas kepala sendiri, sulit bagi yang memakai untuk melihatnya. Tak banyak yang mensyukuri keberadaannya dan merasakan nikmatnya.

Karunia dan nikmat lahir batin bukan saja melulu soal sehat, harta dan jodoh. Penglihatan kita terbatas saat menganggap bahwa nikmat hanya dalam posisi kekayaan, kedudukan dan ketenaran. Tuhan telah menebarkan karunia dan nikmat kepada setiap hamba-NYA, lahir dan batin.

Lihatlah di sekeliling kita, banyak yang tak diberikan kepada mereka apa yang Allah telah berikan kepada kepada kita. Kita mengeluh tentang sepatu lama yang sudah kusam, dan keluhan itu berhenti setelah melihat sahabat kami yang kakinya diamputasi.

Ibnu Athaillah dalam kitab _Al-Hikam_ menuliskan saat Allah SWT menganugerahimu ketaatan dan engkau merasa cukup bersamaNYA dengan ketaatan itu, berarti DIA telah memberimu nikmat lahir dan batin.

Kita sangat kaya, kaya karunia dan nikmat Tuhan. Tak perlu mengejar dan membeli, hanya butuh merubah cara pandang kita terhadap kehidupan. Menghitung nikmat yang kita miliki, dan menikmatinya serta mengabaikan atas apa-apa yang luput dari kita. Agama, hidayah dan iman itu membuat kita cerdas melihat nikmat Tuhan.

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya (QS an-Nahl: 18). _Allahu a'lamu bishowab._

Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)

" Servant of Allah "
Agar mudah mengakses pptqinsanqurani.com di smartphone, klik ikon 3 titikdi browser Chrome kemudian pilih "Tambahkan ke layar utama".
Buka Komentar