Rasa Syukur
27.12.21
Bersyukur itu berarti mengakui, lawan katanya kufur artinya mengingkari. Pengakuan dalam makna syukur menghendaki keaktifan baik oleh suara hati maupun dengan pernyataan lisan disertai tindakan pengamalan.
Bersyukur adalah cara terbaik menikmati kehidupan. Rasa syukur bagian dari cara hidup berkelimpahan dalam aspek material, sosial dan spiritual. Orang-orang ahli syukur bisa melihat berapapun pemberian Tuhan sebagai nikmat. Berbahagia, memberikan penghargaan, menjaga dan memanfaatkan nikmat dengan sebaik-baiknya.
Orang bersyukur hatinya selalu terbuka, apapun yang dihadapannya tampak sebagai nikmat. _Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumatkan, "Sungguh jika kamu benar-benar bersyukur, pasti AKU tambah nikmat utkmu, dan jika kamu kufur sesungguhnya adzabKU amat pedih_ (terj. QS Ibrahim: 7)
Bersyukur itu memutuskan segala ketergantungan kepada selain Allah Ta'ala. Bisa menatap nikmat dengan hati bercahaya. Allah akan menambah terang cahaya hati sehingga pandangan batin semakin kuat. Hidup dan kehidupan orang yang bersyukur senantiasa dalam kelapangan dan keberlimpahan nikmat.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan (bersyukur) (QS adh Dhuha: 11).
Ibnu Asyur dalam kitab _Tafsir atTahrir wa atTanwir,_ mengemukakan bahwa kata _haddits_ (حَدِّث) sinonim dengan _akhbir_ , artinya kabarkanlah atau siarkanlah: nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita sebagai wujud pengakuan akan karuniaNYA. _Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti tidak bersyukur kepada Allah_ (Hadits).
Orang-orang yang bersyukur itu akan beramal dan bekerja berdasarkan kelapangan dada, ketulusan hati dan kedermawanan. Tak peduli rugi laba dunia. Keterbukaan hati mereka akan memancarkan keluhuran budi dalam perilaku sosial. Mereka senang berinteraksi, peduli dan menolong sesama, dan orang lain pun menyambut kehadiran orang ahli syukur dengan senang. _Allahu a'lamu bishowab._
Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)
