Lapang Dada
19.1.22
Apabila motor atau mobil kita rusak pergilah ke montir, bila baju kita robek datangilah ke tukang jahit, andaikan alat elektronik kita bermasalah, perbaikilah ke ahli reparasi. Demikian pula saat hati dan dada kita terasa sesak, sempit dan bermasalah: mintalah pertolongan kepada Sang Pemilik hati, Allah Ta'ala. _Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya DIA akan memberi petunjuk kepada hatinya_ (QS at-Taghabun: 11).
Banyak yang menampakkan kebahagiaan, tapi hakikinya bahagia hanyalah 'cover' penutup kepedihan hati dan kesempitan dada. Bahagia bisa jadi hadir, namun tak pernah betah berdiam lama di dada kita. Adakah yang salah pada diri ini?
Awal mula hati kita ini bersih, suci tetapi perbuatan-perbuatan dosa yang kita kerjakan menjadikan noktah diantara titik-titik hitam yang menutup kesucian hati.
Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan (dosa) itu telah menutupi hati mereka (QS. Al-Mutaffifin: 14)
Diantara ciri utama mereka yang hidup dalam kebahagiaan adalah mempunyai kelapangan dada. Hati yang lapang tak serta merta tercipta dengan sendirinya. Hati harus dirawat, dididik, dicintai, dan diberi perhatian agar ia tidak melemah.
Mereka yang berlapang dada akan mudah mengatasi berbagai masalah yang menimpanya. Tak peduli sesering apa ia diterpa musibah yang hendak merobohkannya, ia tetap tegar, kuat, dan selamat dari ujiannya tersebut. Ia bisa sekokoh itu karena di dalam dadanya telah tertanam teramat kuat iman terhadap Allah.
Kunci kebahagiaan kita adalah ketentraman hati dan kelapangan dada, itu semua hanya bisa terjadi dengan mendekat kepada Tuhan dalam keikhlasan dan ketulusan. Pastikan ikhlas yang melandasi semua aktifitas, amal dan pekerjaan-pekerjaan kita. Tulus dalam kebeningan hati yang bersih dari mengharap pujian manusia dan imbalan dunia. Hanyalah ridho Allah yang diharapkannya. Insya Allah lapang dada kita atas kehendakNYA. _Siapa-siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, maka DIA melapangkan dadanya_ (QS alAn'am: 125). _Allahu a'lamu bishowab._
Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)