Skip to main content

Pola Pikir

Sebagian kita, bisa sengaja atau tak sengaja, berkehendak ataupun tak berkehendak, sadar atau tak menyadari membuat kehidupan menjadi rumit dan tak mampu membuat lebih sederhana. Hidup yang rumit tak hanya akan menyulitkan diri sendiri tapi juga orang-orang terdekat kita.

Bisa jadi kita pernah berpikir bila hidup ini sulit. Kita merasa menjalani kehidupan yang berat, sementara orang lain hidup dlm kemudahan, nyaman dan enak. Kita yang bekerja keras, jujur dan baik tak mendapatkan penghargaan yang layak, sebaliknya mereka yang licik, korupsi dan mendapatkan limpahan harta tak halal mendapatkan sanjungan dan penghormatan.

Pola pikir atau _mindset_ sejatinya adalah anugerah dari Tuhan untuk manusia yang menghendaki adanya perubahan diri menjadi lebih baik. Sebab itu, ketika memilih membentuk mindset yang positif maka saat itupun perubahan diri kehidupan kita benar-benar telah dimulai dengan kesiapan mental.

Pola pikir kita banyak mengabaikan agama, kita lebih percaya teori Auguste Comte yang dijuluki bapak sosiologi bahwa masyarakat maju bila mendewakan berpikir logis-empiris, tidak lagi menganut teologi ketuhanan sebagai bagian penting dari kehidupan ini. Ada pula teori Adam Smith tentang kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Teori-teori itu terus dijejalkan kepada kita, sehingga menjadi mindset hidup dan berprilaku.

Pola pikir sekuler melihat manusia sebatas dengan acuan indera dan rasionalitas semata. Kita dinilai tidak berbeda dengan hewan. Bagi filosof, manusia dinilainya hewan berpikir. Bagi ekonom, manusia hanyalah hewan berekonomi. Dalam sosiologi, manusia dimaknai sebatas hewan bersosialisasi, dan bagi politik, manusia disebut hewan berpolitik. Adapun nilai-nilai agama sama sekali ditanggalkan.

Pola pikir yang benar sesuai agama mesti perlu ditanamkan sejak dini supaya generasi muda tak terjangkit pola pikir bebas nilai. Agama mengajarkan pola pikir sederhana bahwa tujuan hidup kita untuk beribadah hanya kepada Allah Ta'ala, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial. Kita ini makhluk Allah berkedudukan sebagai hamba dan khalifahNYA.

Manusia yang ahli ibadah dan melakukan kebaikan akan mendapatkan pahala serta di akhirat kelak bisa menikmati Surga. Adapun manusia yang jahat dan berbuat kerusakan akan mendapatkan siksa neraka bila tak bertobat.

Al-Qur’an mengabarkan gambaran surga sebagai kebun sejuk dengan berbagai kemewahan tak tertandingi, dinaungi pepohonan rindang, dialiri sungai-sungai dan bebas dari prahara. Pada Tafsir al-Misbah disebuntukan gambaran surga tersebut adalah metafora dari kenikmatan tak terhingga sebagai balasan dari Allah bagi hamba2NYA.

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya) (QS AnNazi’at: 40-41)

Hadirkan pola pikir bahwa kita adalah penduduk surga, maka milikilah sifat-sifat dan karakter ahli surga. Tiga (ciri) dari akhlak ahli surga yang tidak akan terdapat kecuali pada orang yang mulia (1) Berbuat baik kepada orang yang jahat (2) Memaafkan orang yang telah menzaliminya (3) Bersifat pemurah terhadap orang yang telah kikir terhadapnya (Abu Layyist Samarqandi dlm kitab _Tanbihul Ghafilin)_. _Allahu a'lamu bishowab._

Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)
" Servant of Allah "
Agar mudah mengakses pptqinsanqurani.com di smartphone, klik ikon 3 titikdi browser Chrome kemudian pilih "Tambahkan ke layar utama".
Buka Komentar