Syukur, Ridho dan Qonaah
17.1.22
Syukur itu bagian akhlaq mulia, muncul karena kecintaan dan keridhoan yang besar terhadap Sang Pemberi Nikmat. Syukur tidak akan pernah bisa terwujud apabila tak diawali dgn hadirnya rasa ridho.
Mereka yang berpenghasilan sedikit, hasil panen yang minim atau pendapatan yang serba pas, tak akan mampu bersyukur bila tak ada keridhoan. Sebaliknya, orang yang diberi kelancaran rizki dan harta yang melimpah ruah pun akan merasa terus kekurangan, tak ada ras syukur apabila tak ada keridhoan.
Ibnul Qayyim dalam kitab _Madarijus Salikin_ menerangkan bahwa syukur menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Melalui melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.
Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Ta’ala. Mereka senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah sematalah nikmat itu bisa diperoleh. Adapun mereka yang kufur nikmat senantiasa lupa akan nikmat-nikmat tersebut. _Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka datangnya dari Allah…_ (terj QS an-Nahl: 53).
Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur (HR. Ibnu Majah)
Qana’ah itu senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita dan membuat kita selalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa tidak puas, tak merasa cukup, merasa kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya sedikitpun, hidupnya akan jauh dari rasa syukur, kebahagiaan. Hadirkanlah sifat qonaah dalam hidup kita, ridho Allah sebagai tujuan terbesar kita insya Allah kita menjadi bagian dari hamba-hambaNYA yang paling bersyukur, hidup dipenuhi rasa kebahagiaan. _Allahu a'lamu bishowab._
Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)
